Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (HR Ibnu Majah:244)

Minggu, 16 Desember 2012

Mungkinkah Sunni dan Syi'ah bersatu ??!

Al Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Sahl bin Sa’d, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, بعثت والساعة هكذا وأشار بأصبعيه السبابة والوسطى “Aku diutus bersamaan dengan datangnya hari kiamat seperti ini, sambil beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya”. Kita hidup pada penghujung zaman, kurang lebih seribu empat ratus tahun semenjak junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan sabdanya di atas. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengkhabarkan akan munculnya huru-hara di akhir zaman pada banyak hadithnya. Di antaranya seperti yang diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu dan Abu Ya’la dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, إنها ستأتي على الناس سنون خداعة يصدق فيها الكاذب ويكذب فيها الصادق ويؤتمن فيها الخائن ويخون فيها الأمين وينطق فيها الرويبضة قيل وما الرويبضة قال السفيه يتكلم في أمر العامة. “Sesungguhnya akan datang kepada manusia masa-masa penuh dengan kepalsuan, pada masa itu pendusta dibenarkan dan orang benar didustakan, pengkhianat diamanahi dan orang yang amanah dianggap pengkhianat. Dan pada masa itu para Ruwaibidhah berbicara”. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Apa itu Ruwaibidhah?” Jawab beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Orang bodoh berbicara tentang urusan besar”. Sudah merupakan sunnatullah yang berlaku pada sekalian manusia, bahawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menimpakan cubaan kepada mereka dengan adanya kebenaran dan kebatilan, pembela-pembela kebenaran di satu kubu dan pengekor kesesatan pada kubu yang lain, agar tampak dengannya siapa dari mereka orang-orang yang sabar dan istiqomah di atas jalannya, كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (Qs. Al Anbiya’: 35) Dan pada ayat yang lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, وَما أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا “Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebahagian kamu cubaan bagi yang lain. Sanggupkah kamu bersabar Dan Rabbmu Maha Melihat”. (Qs. Al Furqan: 20) ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاء اللَّهُ لَانتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِن لِّيَبْلُوَ بَعْضَكُم بِبَعْضٍ “.Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain”. (Qs. Al Furqan: 4) Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengambil perjanjian dari para ulama rabbani, pembela kebenaran, agar mereka menampakkan kebenaran itu dan tidak menyembunyikannya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلاَ تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاء ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْاْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (iaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (Qs. Ali Imran: 187) Dan di antara kesesatan yang perlu dijelaskan di sini adalah kebatilan-kebatilan ajaran Syi’ah Imamiyah. Dasar ajaran Syi’ah adalah kesyirikan Keraa telah maklum diketahui oleh semua bahwa Islam dibangun di atas tauhid, penghambaan syumuliyah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata-mata, dan menolak segala bentuk kesyirikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Allah Ta’ala berfirman, وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Qs. Al Bayyinah: 5) Adapun yang menjadi dasar ajaran Syi’ah Imamiyah adalah kesyirikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penghambaan kepada kuburan-kuburan dalam bentuk tawassul atau meminta-minta kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menerangkan di dalam Al Qur’an bahwa perbuatan meminta sesuatu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan perantara orang-orang shalih, para wali atau kuburan adalah kesyirikan kepada-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللّهَ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah:”Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Qs. Yunus: 18) Sikap ghuluw mereka kepada Ali Radhiyallahu ‘Anhu. Dan di antara kebatilan ajaran Syi’ah Imamiyah adalah sikap ghuluw (berlebih-lebihan) mereka terhadap Ali Radhiyallahu ‘Anhu, seperti yang terdapat pada tulisan-tulisan mereka berupa penisbatan sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Ali Radhiyallahu ‘Anhu. Berkata penulis kitab Uyunul Mu’jizat pada halaman 14, إن الشمس قالت لعلي: السلام عليك يا أول يا آخر يا ظاهر يا باطن يا من بكل شيء عليم “Sesungguhnya matahari berkata kepada Ali: Assalamualaikum kepadamu wahai yang pertama, wahai yang terakhir, wahai yang maha tinggi, wahai yang maha dekat, wahai yang maha mengetahui segala sesuatu”. Dan pada halaman 32 disebutkan ucapan seseorang yang sudah mati kemudian dihidupkan oleh Ali, orang itu mengatakan: لبيك يا محيي العظام وهي رميم “Labbaika wahai yang menghidupkan tulang belulang sesudah kehancurannya!!” Dan pada halaman 43 disebutkan bahwa Ali berkata kepada orang dihadapannya, أما تعلم أني أعلم خائنة الأعين وما تخفي الصدور “Tidak tahukah kamu bahwa aku mengetahui pandangan khianat dan semua yang disembunyikan di dalam hati?” Dan yang lain sebagainya dari kebohongan-kebohongan ajaran Syi’ah Imamiyah. Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengatakan ajaran Yahudi dan Nashrani sebagai ajaran yang kufur pada banyak ayat-Nya kerana perbuatan mereka menuduh Allah Subhanahu Wa Ta’ala memiliki anak, وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ “Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata:”Al-Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling”. (Qs. At-Taubah: 30) Dan pada ayat-Nya yang lain Dia berfirman, لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:”Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”. (Qs. Al Maidah: 72) Dan pendiri ajaran Syi’ah Imamiyah, Ibnu Sauda’ Abdullah bin Saba’ yang asalnya adalah seorang Yahudi mengatakan tentang Ali Radhiyallahu ‘Anhu, أنت أنت “Kamu adalah kamu”. Maksudnya Ali adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. تعالى الله عما يقولون علوا كبيرا “Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan dan Maha Tinggi Dia”. Maka silahkan hadirin sekalian menilai siapa yang paling kufur, Yahudi Nashrani atau mereka? Perbuatan mereka mencaci maki shahabat Di antara kebatilan mereka yang paling menonjol adalah perbuatan mereka mencaki maki shahabat Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Mereka menuduh sebahagian besar shahabat telah fasiq dan sebahagian yang lain mereka kafir. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda, seperti yang terdapat di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dari Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu ‘Anhu, الله الله في أصحابي، لا تتخذوهم غرضا بعدي فمن أحبهم فبحبي أحبهم، ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم، ومن آذاهم فقد آذاني، ومن آذاني فقد آذى الله، ومن آذى الله يوشك أن يأخذه “Jagalah oleh kalian perintah Allah pada shahabatku, jangan kalian jadikan mereka sebagai sasaran sepeninggalanku. Barangsiapa mencintai mereka maka dengan kecintaanku aku cinta kepada mereka, dan barangsiapa membenci mereka maka dengan kebencianku aku benci kepada mereka. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya”. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman di dalam kitab-Nya, وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. (Qs. At-Taubah: 100) Dan keimanan shahabat adalah standar benar tidaknya keimanan orang-orang sesudah mereka, فَإِنْ آمَنُواْ بِمِثْلِ مَآ آمَنتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al Baqarah: 137) Al Imam Abu Zur’ah Ar-Razi Rahimahullah berkata, إذا رأيت الرجل ينتقص أحدا من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فاعلم أنه زنديق، وذالك أن الرسول حق، والقرآن حق، وإنما أدى إلينا القرآن والسنن أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم، وإنما يريد أن يجرحوا شهودنا ليبطلوا الكتاب والسنة، والجرح بهم أولى وهم زنادقة “Apabila kalian dapati seseorang menjelek-jelekkan salah seorang shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketahuilah bahwa orang itu adalah zindiq. Yang demikian karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah hak dan Al Qur’an adalah hak. Dan Al Qur’an dan sunnah-sunnah datang kepada kita melalui para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Yang mereka inginkan hanyalah mencela saksi-saksi kita untuk membatalkan Al Kitab dan As-Sunnah dan mencela mereka lebih pantas dilakukan, mereka adalah para zindiq”. Adapun caci maki mereka terhadap shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan perkara yang sudah maklum bagi semua. 1. Al Kalbi –salah seorang ulama Syi’ah Imamiyah- menulis sebuah kitab yang diberi judul: Matsalibus Shahabah yang ertinya: Kejelekan-kejelekan Shahabat. 2. Al Kulaini –ulama mereka- menyebutkan di dalam Furu’ Al Kafi (Hal 115) dari Jafar Alaihissalaam, “Para shahabat adalah orang-orang yang telah murtad (kafir –pentj) sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kecuali tiga orang saja. “Siapa saja mereka?’ kataku. Ia menjawab, “Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi”. Termasuk celaan mereka kepada para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, caci maki mereka kepada Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma dan penyebutan mereka berdua dengan Al Jibti wat Thagut, dan laknat mereka terhadap keduanya beserta anak mereka. Dikenal pada salah satu ritual mereka pembacaan Do’a yang mereka berinama dengan: Doa dua berhala Quraisy, seperti yang terdapat pada kitab mereka Miftahul Jinan (hal: 114) yang bacaannya, اللهم صل على محمد وعلى آل محمد والعن صنمي قريش وجبتيهما وطاغوتيهما وابنتيهما “Ya Allah sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad dan laknatlah dua berhala Quraisy dan kedua Jibt dan Thaghut mereka dan kedua anak mereka”. Yang mereka maksud dengan dua berhala Quraisy dan kedua Jibt dan Thaghut mereka adalah Abu Bakar dan Umar. Sedangkan dua anak mereka adalah Aisyah dan Hafshah –semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala meridhai mereka semua, amin- Dan Syakhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, setelah menyebutkan kemiripan-kemiripan ajaran Syi’ah dengan agama Yahudi dan Nashrani yang di antaranya: 1. Agama Yahudi mengatakan, tidak sah kerajaan kecuali pada keturunan Daud Alaihissalaam. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak sah khalifah kecuali pada keturunan Ali Radhiyallahu ‘Anhu. 2. Orang-orang Yahudi merubah Taurat dan Syi’ah merubah Al Qur’an. 3. Orang Yahudi memusuhi Jibril Alaihissalaam dan mengatakan dia adalah musuh kami dari kalangan Malaikat. Begitu pula kaum Syi’ah mengatakan Jibril Alaihissalaam keliru menyampaikan wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau menambahkan bahwa ajaran Syi’ah berbeda dari ajaran Yahudi dan Nashrani dalam satu hal. Yaitu apabila orang Yahudi ditanya, “Siapa sebaik-baik penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Para shahabat Musa Alaihissalaam”. Dan apabila orang Nashrani ditanya, “Siapa sebaik-baik penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Para shahabat Isa Alaihissalaam”. Dan apabila orang Syi’ah ditanya, “Siapa sejelek-jelek penganut agama kalian?”. Mereka akan menjawab, “Para shahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”. Minhajus Sunnah An-Nabawiyah (1/24) Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengajarkan Ahlussunnah, agar lisan-lisan mereka bersih dari caci maki kepada shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan hati-hati mereka jernih dari membenci salah seorang dari mereka. Merekalah yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebutkan di dalam ayat-Nya, وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang”. (Qs. Al Hasyr: 10) Setelah kita menyemak huraian di atas, kita mengetahui bahwa tidak mungkin menyatukan antara Ahlussunnah dan Syi’ah apabila yang dimahukan adalah ajarannya, kerana yang demikian apakah berarti mereka menerima ajaran Ahlussunnah, ajaran Islam yang sesungguhnya dan itu yang seharusnya tapi mereka tidak akan menerimanya , atau Ahlussunnah bertoleransi dengan kesesatan dan kebatilan-kebatilan mereka dan ini bererti menggugurkan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada banyak ayat-Nya di dalam Al Qur’an telah menyatakan mustahilnya usaha-usaha itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, فَذَلِكُمُ اللّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ “Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)” (Qs. Yunus: 32) Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ “Adakah orang yang mengetahui bahwasannya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar sama dengan orang yang buta Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”. (Qs. Ar-Ra’d: 19) Dan yang wajib bagi Ahlussunnah untuk bersabar dalam mendakwahkan kebenaran kepada manusia, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ “Maka sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (Qs. Al Hijr: 94) Dan Dia juga mengatakan, بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ “Bahkan Kami melontarkan yang hak kepada yang bathil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensipati (Allah dengan sifat-sifat yang tak layak bagi-Nya)”. (Qs. Al Anbiya’: 18) وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا “Dan katakanlah:”Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”. (Qs. Al Israa’: 81) Semoga dengan uraian singkat ini kita semakin mengerti dengan kemuliaan ajaran Islam dan berusaha untuk menjaganya serta menolak setiap ajakan yang menyeru kepada sikap bertoleransi segala macam bentuk kebatilan dan kesesatan yang disusupkan oleh musuh-musuh Islam dan para pembelanya. http://ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=3

2 komentar:

  1. Sunni dan Syi'ah tak 'kan pernah bersatu selama syi'ah masih mencela dan mengkafirkan para sahabat serta belum mau meninggalkan segala bentuk kekufuran dalam keyakinan maupun amalan mereka!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus