Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (HR Ibnu Majah:244)

Sabtu, 14 Maret 2009

Cacat Fisik Tak Berarti Hina


Abu Qilabah Rahimahullah adalah seorang tabi’in mulia, akan tetapi kondisi fisiknya sangat merenyuhkan hati. Beliau kehilangan ke dua tangan dan kakinya, sementara mata dan pendengarannya sudah mulai melemah, Tidak ada bagian tubuh lainnya yang bermanfaat selain lisannya.

Beliau selalu berdo’a, ” Ya Allah, tunjukilah aku untuk memuji-Mu dengan pujian yang sebanding, senagai rasa syukur atas nikmat dan keutamaan yang Engkau berikan kepadaku.”

Suatu hari Abdullah bin Muhammad bertanya kepadanya,

“ Mengapa engkau selalu mengulang-ulang do’amu ?

“ Tidakkah engkau melihat apa yang diperbuat oleh Rabbku ? Demi Allah, andaikan Allah memerintahkan langit untuk mengirim api lalu membakarku, dan laut agar menenggelamkanku, tidaklah hal itu kecuali menambah rasa syukurku kepada-Nya, karena Dia telah memberi nikmat lisan ini. Aku punya kebutuhan, sudikah kau membantuku ? Aku ini orang yang lemah, aku punya seorang anak kesayangan yang selalu menemaniku. Dia yang mewudhukanku saat tiba waktu shalat. Apabila aku lapar, dia yang memberi makan. Apabila aku haus, dia yang memberi aku minum. Tetapi sudah tiga hari, aku kehilangan dia, tolonglah carikan dimana dia berada.”

Abdullah bin Muhammad berkata,

“ sungguh tidak ada pahala yang lebih besar di sisi Allah daripada orang yang berjalan untuk memenuhi kebutuhanmu.”

Aku (Abdullah bin Muhammad) mulai berjalan mencari anak tersebut. Baru berjalan beberapa meter, aku melihat tumpukan bebatuan dan mendapati anak yang ku cari telah dimangsa binatang buas. Melihat itu aku hanya bisa mengucap, “ Inna lillah wa inna ilaihi ra’jiun.”

Sesampainya di rumah Abu Qilabah, ku ucapkan salam. Abu Qilabah membalasnya dan berkata,

“ Bukankah kau sahabatku ?”

“ Benar .“

“Bagaimana kebutuhanku ?”

“ Kau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub yang lebih mulia ?”

“ Nabi Ayyub lebih mulia .“

Bukankah kita tahu cobaan yang diberikan Nabi Ayyub ? Beliau diuji dalam hartanya,keluarganya dan anak-anaknya. Bagaimana sikap Nabi Ayyub menghadapi cobaan itu ?.”

Dia bersabar, bersyukur dan selalu memuji Allah.”

Dengan berat hati aku berkata, “ Sesungguhnya anak kesayanganmu yang kau cari telah meninggal di mangsa binatang buas. Semoga Allah memberi kesabaran dan pahala besar kepadamu.”

Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan satu pun dari keturunanku yang memaksiati-Nya. Inna Lillah wainna Ilaihi Roji’un,” sambil mengeluarkan isak tangis.

Tidak berselang lama akhirnya beliau meninggal dunia. Tatkala pemakaman selesai, aku kembali ke rumah. Di waktu malam aku tertidur dan bermimpi melihat Abu Qilabah di Surga memakai perhiasan Surga, dia membaca ayat, “ Keselamatan atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” ( QS. Ar-Ro’d { 13 } : 24 ).

Aku bertanya, “ Bukankah engkau adalah sahabatku ?”

“ Benar. “

“ Bagaimana kau meraih itu semua .“

“ Sesungguhhnya Allah mempunyai tingkatan yang tidak bisa diraih kecuali dengan kesabaran ketika tertimpa musibah, bersyukur ketika senang dengan selalu takut kepada Allah secara tersembunyi maupun terang-terangan.” ( Kisah ini diambil dari Kitab ats-tsiqoot 5/2-5 oleh Ibnu Hibban ).


Kisah ini menyadarkan kepada diri kita, bahwasanya segala kenikmatan yang Allah Subhanallahuwata’ala beri, wajib untuk kita syukuri. Tidaklah sepantasnya kita berkeluh kesah atas nikmat yang tidak kita milikki, karena sesungguhnya seandainya kita menghitung nikmat-nikmat Allah yang dikaruniakannya untuk kita, niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Abu Qilabah Rahimahullah mengajarkan pada diri kita bahhwasanya dalam keadaan seperti apapun kita harus senantiasa bersyukur dan senantiasa bersabar dalam mengarungi kepahitan hidup dengan menyikapinya sebagai sebuah ujian dari Allah teruntuk hamba-hamba-Nya yang ia cintai. Kemalangan hidup dan musibah yang dating bertubi-tubi tak selalu merupakan indikasi bahwa Alllah sunbhananllauwata’ala membenci diri kita, tetapi mungkin justru karena Allah hendak mengangkat derajad kita di sisi-Nya, dengan selalu bersabar dab bersyukur. Dan merupakan keadilan Allah-lah ia mengkarunikan Surga bagi hamba-hamba-Nya yang ia rahmati, sebagai pahala bagi mereka yang beriman, bersabar dan bersyukur dengan sebenar-benarnya. Maha Suci Allah, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

1 komentar:

  1. meskipun terkadang aku sulit menerima, tapi yang pasti untuk saat ini mencoba lebih memahami, sabar dan ikhlas dari hari-hari yang sebelumnya

    tks

    artikelnya sangat memotivasi

    BalasHapus