(santri MA Ibnu Abbas As-Salafy Sragen)
Kulihat
wajah yang telah renta itu
Berjalan
lirih memasuki gerbang Ma’had
Segera
kusambut dengan segenap kehangatan hati
Ia
tak ubahnya tamu istimewa bagi diriku
Ya... seorang yang istimewa di hatiku
Seorang yang tak asing dalam benakku
Ayah tercinta...
Kau datang menjengukku
Kuraih
tangannya yang telah kasar
Kuusap
dahinya yang telah berkerut
Kudapati,
sedikit peluh menutupi keningnya
Hingga
kupersilahkan ia tuk istirahat
Sejenak kuberpikir
Mungkin ia butuh pembangkit tenaga
Segera kuambil jatah makan malam untuk
dirinya
Meski hanya sebatas beberapa ikan dan
seonggok nasi
Namun, kuharap ia menerima dengan
kelapangan hati
Kutatap
lekat wajah itu
Sedih
bercampur haru
Ia
yang berkorban dengan seluruh waktunya untuk diriku
Walau
badai menerpa kuat tubuh yang lunglai
Ia yang berharap padaku...
Menjadi orang yang istimewa di hati para
insan
Bermanfaat bagi mereka
Ia
yang telah berjuang bersama ibuku
Jiwa
dan raga...
Tak
peduli, duri telah menancap di kaki
Ataupun,
darah telah lama mengering di dahi
Mereka berdua...
Ayah dan ibuku tercinta
Keduanya bagai matahari dan bulan
Yang selalu menerangi di setiap derap
langkahku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar