Pembaca yang
budiman,
Kita semua
tentu sangat berharap agar hujan yang Allah turunkan menjadi rahmat dan bukan
adzab. Namun tidak semua harapan bisa menjadi realita. Hujan yang kita harapkan
menjadi rahmat, ternyata justru menjadi tentara Allah yang siap menghukum kita,
dan menjadi azab bagi mereka yang durhaka. Hujan bak pisau bermata dua, bisa
menguntungkan dan sekaligus bisa merugikan.
Tentunya anda masih ingat peristiwa yang pernah terjadi di zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam. Bagaimana Allah membalas keangkuhan umat Nuh denagn hujan dan air yang berlimpah.
Tentunya anda masih ingat peristiwa yang pernah terjadi di zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam. Bagaimana Allah membalas keangkuhan umat Nuh denagn hujan dan air yang berlimpah.
فَفَتَحْنَا
أَبْوَابَ السَّمَاء بِمَاء مُّنْهَمِرٍ { } وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا
فَالْتَقَى الْمَاء عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ
“Maka Kami
bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami
jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk
satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.” (QS. Al Qamar: 11-12).
Di saat
itulah, tidak ada yang bisa menyelamatkan diri, selain mereka yang Allah
rahmati.
وَنَادَى
نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلاَ تَكُن
مَّعَ الْكَافِرِينَ { } قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاء
قَالَ لاَ عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِلاَّ مَن رَّحِمَ وَحَالَ
بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
“Dan Nuh
memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai
anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama
orang-orang yang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata:
“Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang
Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah
anak
itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 42-43)
Apa Sebab Banjir?
Ayat yang
sering didengungkan ketika terjadi musibah, adalah firman Allah di surat
Ar-Rum:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah
nampak kerusakan di daratan dan di lautan, disebabkan perbuatan tangan-tangan
manusia. Agar Allah merasakan sebagian dari perbuatan yang mereka lakukan,
supaya mereka kembali.” (QS. Ar-Rum: 41).
Ada satu hal
yang telah menjadi mindset hampir semua orang terkait ayat ini, tafsir
‘perbuatan tangan-tangan manusia’ hanya terbatas pada sikap manusia yang tidak
ramah terhadap lingkungan. Mereka menyimpulkan bahwa banjir, atau bencana apapun
bentuknya, disebabkan sikap manusia yang tidak disiplin dalam mengelola
lingkungan. Di saat banjir mulai melanda, rame-rame orang menyalahkan buang
sampah sembarangan, infrastruktur yang kurang diperhatikan pemerintah,
eksploitasi alam yang tidak terkontrol, dst…
Namun,
tahukah anda, ternyata sebab utama banjir atau bencana alam lainnya, tidak
hanya dalam bentuk lahiriyah sebagaimana anggapan di atas. Ada sebab terpenting
yang ternyata belum dipahami kebanyakan orang. Sebab itu adalah maksiat.
Perbuatan
maksiat dan kedurhakaan kepada Sang Pencipta, merupakan sebab terbesar Allah
mendatangkan bencana alam. Dosa dan maksiat adalah sebab terbesar Allah
mendatangkan banjir. Itulah tafsir yang dipahami oleh para sahabat ulama masa
silam terhadap surat Ar-Rum di atas. Berikut diantara tafsir mereka,
At-Thabari
menyebutkan ketarangan dari Al-Hasan Al-Bashri ketika menafsirkan ayat ini,
أفسدهم الله
بذنوبهم، في بحر الأرض وبرها بأعمالهم الخبيثة
“Allah
menghancurkan mereka disebabkan dosa mereka, berupa kerusakan di daratan maupun
dilautan, disebabkan perbuatan buruk mereka..” (Tafsir At-Thabari, 20/108).
As-Suyuthi
menyebutkan keterangan dari Abu Bakr bin Ayyasy, ketika beliau ditanya tentang
ayat ini, beliau berkomentar,
إِن الله بعث
مُحَمَّدًا إِلَى أهل الأَرْض وهم فِي فَسَاد فأصلحهم الله بمحمدا صلى الله
عَلَيْهِ وَسلم فَمن دَعَا إِلَى خلاف مَا جَاءَ بِهِ مُحَمَّد صلى الله عَلَيْهِ
وَسلم فَهُوَ من المفسدين فِي الأَرْض
“Sesungguhnya
Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ke penduduk bumi ketika
mereka dalam kondisi rusak (masa jahiliyah). Kemudian Allah memperbaiki mereka
dengan mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang mengajak
kepada perbuatan yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, berarti dia termasuk orang yang berbuat
kerusakan di muka bumi.” (Ad-Dur Al-Mantsur, 3/477).
Dikisahkan
oleh Shofiyah radhiyallahu ‘anha, tentang gempa yang terjadi di zaman
Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Pernah
terjadi gempa bumi di Madinah pada masa Umar radhiyallahu ‘anhu, sehingga
beberapa pagar roboh, lalu Umar berkhotbah:
أيها الناس ،
ما هذا ؟ ما أسرع ما أحدثتم . لئن عادت لا تجدوني فيها
Wahai
sekalian manusia, apa yang terjadi? Betapa cepatnya maksiat yang kalian
lakukan. Jika terjadi gempa bumi lagi, kalian tidak akan menemuiku lagi di
Madinah.” (HR.
Baihaqi dalam Sunan-nya (3/342), Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf (2/473)
dengan sanad yang shahih).
Gempa
itu belum pernah terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Umar khawatir, dia juga tertimpa sebab maksiat yang dilakukan manusia. Beliau
mengancam, jika terjadi gempa yang kedua, beliau akan keluar madinah.
Setelah
memahami hal ini, dan dengan adanya musibah banjir, selayaknya kita berusaha
untuk semakin dekat dengan Allah. Memohon ampunan kepada-Nya seraya berharap
agar Dia segera melepaskan kaum muslimin dari musibah ini.
قُلْ هُوَ
الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ
تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ
بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآياتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ * وَكَذَّبَ
بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ * لِكُلِّ نَبَأٍ
مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah:
“Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang
lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
berganti agar mereka memahami(nya)”. Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal
azab itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah orang yang diserahi
mengurus urusanmu”. Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu)
terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’am: 65 – 67)
Allahu a’lam
Oleh Ustadz
Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar