Biasanya pasangan pengantin baru akan melalui hari-harinya dengan
penuh keindahan dan kesenangan, serta tidak sedikit dari mereka yang
pergi ke tempat rekreasi untuk berbulan madu.
Hal itu tidak berlaku bagi pengantin baru di Suriah. Tidak ada kata
bersantai-santai atau bercumbu mesra seharian dengan pasangan, tetapi
sang istri harus menyiapkan peralatan perang untuk suaminya, inilah
kurang lebih yang diceritakan Fathi At-Tamimi, relawan Indonesia untuk
Suriah yang saat ini berada di Turki dalam status Facebooknya pada Rabu
(22/08).
Dia menuturkan, Perempuan 20 tahun hafal Al-Qur’an itu dengan
berlinang airmata menjahit sendiri baju tempur suaminya yang baru
dinikahi dua mınggu saat pertempuran pertama memanggil para patriot
membela agama Kemudian mengenakannya pada suatu malam yang diisi satu
doa dibaca agak keras berulang-ulang saat sujud panjang.
“Bila suamiku adalah milik para Bidadari-Mu, Jangan kembalikan ia padaku,
Bariskan sebanyak mungkin mereka di pintu langit untuk menjemputnya.
Tapi bila berjodoh sampai lama, Jangan Engkau biarkan sebuah lubangpun pada pakaian ini.
Aku akan bergembira apapun keputusan-Mu
Dan jadikanlah ia pendampingku di dunia dan di Surga.”
Sang suami yang mengintip adegan tersebut lalu bertempur bagai singa
luka, tiga tank dirusak sendirian, Maju paling depan kembali paling
belakang, Belum pernah punggungnya dilihat musuh, Melegenda dıantara
kawan lawan,
dibakar doa dan kepasrahan istri tercinta.
Disaat yang sama, istrınya bekerja keras membantu korban-korban
perang, menghibur mereka, menjamin sandang pangan papan, merawat luka,
mendoakan para pejuang, menjadi pemimpin grup relawan terdiri dari
keluarga mujahidin atau yang ditinggalkan.
Ketika akhirnya Bidadari Surga menjemput suaminya di pintu langit,
Para komandan grup seluruh Suriah bahkan yang bermarkas di gunung-gunung
datang atau mengirim utusan berbela sungkawa
“Suamimu, Abu Umar, Adalah pahlawan dan kebanggaan kami, Semoga akan banyak laınnya di negeri ini.”
Ketika banyak orang kaya di negara-negara Arab mendengar kisah
beliau, Mereka berlomba melamarnya, Tapi beliau enggan dan membaktikan
hıdupnya demi rakyat, berjanjı tıdak akan menikah lagi hingga Suriah
bebas dari rezim Syi’ah.
Perempuan itu namanya perlahan mulai berkibar, Jadi contoh ketabahan
gadis-gadis lain dan sekarang dijulukı Oummus Suuri, Ibunya Suriah.
Namanya Ahlam Al-A’ini darı Homs.
Kisah ini dicerıtakan langsung oleh salah satu korban perang yang
sempat dırawat oleh beliau di RS. lapangan di Homs dan sekarang berada
di kamp pengungsian di Turki. (bms)
Sumber: http://gemaislam.com/index.php/berita/arab-news/413-janda-muda-mujahidin-suriah-jadi-rebutan-pria-arab
masyaallah
BalasHapus